Tak
terasa tahun baru Masehi 2017 sudah mulai hadir menggantikan 2016. Jika sebulan
yang lalu kita menghitungnya dengan menggunakan selisih bulan, kini kita menghitung
hanya dengan menggunakan jari saja. Pergantian tahun baru Masehi ini selalu
dirayakan oleh mayarakat di seluruh dunia, dan tak terkecuali di Indonesia.
Indonesia sendiri tak kalah meriah dalam
merayakan tahun baru tersebut. Hampir seluruh masyarakat Indonesia merayakannya,
tak pandang agama, suku, dan ras. Dalam perayaan tahun baru ini, pasti tak
lepas dari yang namanya terompet, topi kerucut, dan kembang api. Ketiga hal
tersebut sudah menjadi ciri khas yang selalu digunakan saat perayaan tahun
baru.
Namun ternyata dalam perayaan tahun baru
masehi ini sudah bertentangan dengan apa yang ada dalam ajaran islam. Baik dari
segi perayaan, terompet, topi kerucut, dan kembang api. Kenapa bertentangan
dengan islam? Silakan simak uraian selanjutnya.
Sumber : citizen6.liputan6.com |
Dari ketiga benda tersebut, terdapat
terompet yang berperan dalam membangun suara keramaian. Terompet merupakan
benda yang jika ditiup, akan menghasilkan suara yang cukup nyaring dan membuat
kebisingan. Namun terompet yang terdapat dalam perayaan tahun baru ternyata
merupakan sebuah ciri khas yang terdapat dalam agama yahudi. Seperti yang
terdapat dalam hadist berikut ini ;
“Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat’. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, lantas beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pun pulang.” (HR. Abu Daud no. 498. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Sumber : kajikisah.blogspot.co.id |
Dari Abu ‘Umair bin
Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah anshor, “Nabi memikirkan bagaimana cara
mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan
usulan. Yang pertama mengatakan, ‘Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba.
Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling
memberi tahukan tibanya waktu shalat. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar
memakai teropet. Nabipun tidak setuju, beliau bersabda, ‘Membunyikan terompet
adalah perilaku orang-orang Yahudi.’ Orang
ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, ‘Itu adalah perilaku
Nasrani.’ Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pulang
dalam kondisi memikirkan agar yang dipikirkan Nabi. Dalam tidurnya, beliau
diajari cara beradzan.” [HR. Abu Daud,
shahih]
Selain terompet, terdapat topi kerucut yang menjadi
sebuah atribut dalam perayaan tahun baru. Berdasarkan sejarah, topi kerucut merupakan
topi yang sering disebut dengan sanbenito. Sanbenito adalah sebuah pakaian (berupa pakaian dan
topi) yang menandakan bahwa seorang muslim di Andalusia saat itu telah murtad. Sanbenito
ini pertama kali digunakan di Geraja Roma yang saat itu menerapkan inkuisisi
Spanyol sebagai tanda kemurtadan seorang muslim.
Saat itu, bangsa Frank yang beragama Kristen
Trinitarian telah berhasil mengalahkan Negeri Muslim Andalusia di Spanyol.
Mereka kemudian menagkap, menyiksa, bahkan membunuh dengan sadis kepada
masyarakat yang tidak mau tunduk kepada ajaran mereka. Kemudian Kristen Trinitarian
membentuk suatu lembaga yang bernama Inkuisisi. Lembaga ini memiliki tugas
untuk melawan ajaran sesat, atau mengadili seseorang yang didakwa bidat. Bidat
yang dimaksud dalam hal ini adalah kaum Muslim.
Sumber : thayyiba.com |
Kemudian sanbenito
yang berupa pakaian dan topi khas dipakaikan kepada tawanan muslim yang
telah menyerah dan mau murtad. Pakaian ini untuk membedakan mereka dari orang
lain ketika berjalan di tempat umum di Andalusia yang saat itu telah takluk di
tangan Ratu Isabella dan Raja Ferdinand.
Selain terompet dan topi kerucut, tidak ramai rasanya
jika tidak diiringi oleh kembang api. Kembang api pada hakikatnya adalah benda
yang dibeli dengan menggunakan uang, yang jika dibakar akan menghasilkan suatu
keindahan tersendiri di langit. Kemudian setelah terbakar dan menghasilkan
keindahan, akan kemana benda tersebut? Tentu saja lenyap menjadi abu yang
diterbangkan angin. Padahal keindahan yang dihasilkan hanya sebentar saja.
Perbuatan membakar kembang api ini merupakan salah
satu perbuatan mubazir terhadap uang. Jika kita membakar kembang api, sama saja
dengan membakar uang untuk membelinya. Padahal Allah SWT sudah berfirman dalam
surat Al Isra’ yang artinya ;
“Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Perayaan tahun baru sebenarnya tidak ada dalam Islam,
karena merupakan budaya dari kaum kafir. Jika kita mengikuti budaya tersebut,
maka kita akan masuk dalam golongan kaum kafir tersebut. Seperti yang terdapat
dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR.
Ahmad)
Selain hadist diatas, Rasulullah
juga bersabda yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari
kakeknya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan
termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR.
Tirmidzi no. 2695. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Sehingga perayaan tahun baru merupakan
perayaan yang dilakukan oleh umat Nasrani dan umat Yahudi. Perilaku umat muslim
yang mengikuti perayaan tahun baru ini ternyata merupakan salah satu tanda-tanda
dari dekatnya hari kiamat. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
“Kiamat
tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal
demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah
-shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia
dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR.
Bukhari no. 7319)
Sebagai penutup, Anonimus Ins ingin menghimbau
kepada seluruh umat islam yang ada di Indonesia untuk tidak turut serta dalam
merayakan tahun baru yang akan datang.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya terhadap halaman blog kami, jika ada sesuatu hal yang ingin disampaikan, silakan berkomentarlah disini. Berkomentarlah dengan baik