-->
  • Pemanfaatan Satelit Dalam Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Penanggulangan Bencana Kekeringan dan Kebakaran Hutan

    Pemanfaatan Satelit Dalam Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Penanggulangan Bencana Kekeringan dan Kebakaran Hutan
    Sumber : http://moneter.co.id/tag/satelit/

    Bumi adalah salah satu planet yang diciptakan oleh Allah SWT. Manusia hadir di bumi untuk memakmurkan bumi dan menjaga keseimbangannya. Tugas manusia ini sudah ditetapkan oleh Allah SWT,  sebagaimana yang terkutip dalam surat Huud ayat 61 yang artinya :
    .. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,…”
    Namun, sekarang manusia telah melalaikan tugas tersebut. Bumi yang telah memberikan manusia tempat hidup dengan adanya air, tanah, dan udara, manusia balas bukan dengan menjaga dan melestarikannya, melainkan dengan merusaknya. Banyak kerusakan-kerusakan atau bencana-bencana di bumi karena ulah manusia sendiri, sebagaimana yang terkutip dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya :
    “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,...” 
    Kerusakan-kerusakan di bumi yang disebabkan oleh manusia menyebabkan terjadinya bencana-bencana. Bencana yang terjadi salah satunya adalah kekeringan. Kekeringan terjadi karena perubahan iklim yang salah satunya disebabkan oleh global warming. Global warming disebabkan oleh efek rumah kaca yang menyebabkan suhu di bumi meningkat. Suhu yang meningkat inilah yang dapat menyebabkan kekeringan di suatu daerah.
    Kekeringan adalah bencana yang sulit dicegah dan datang berulang. Pada umumnya, kekeringan terjadi karena kurangnya air yang terkandung dalam tanah, suhu yang relatif tinggi di suatu daerah, dan kemarau yang berkepanjangan. Kekeringan memiliki dampak yang cukup merugikan umat manusia. Dampak tersebut antara lain adalah berkurangnya hasil panen suatu daerah seperti padi, gandum, dan tumbuhan hijau lainnya baik makanan pokok manusia, atau tumbuhan jenis lainnya. Selain itu, kekeringan juga dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran, baik hutan maupun pemukiman.
    Kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab kerusakan hutan yang memiliki dampak negatif yang cukup dahsyat. Kebakaran adalah salah satu bencana alam yang berakibat sangat fatal bagi kelangsungan hidup satwa dan fauna dalam hutan, maupun kelangsungan hidup umat manusia. Dampak bagi lingkungan adalah mengakibatkan kabut asap yang tebal dimana-mana, rusaknya tanah, dan lain-lain.
    Untuk mengatasi masalah kekeringan dan kebakaran hutan, diperlukan air dalam jumlah yang banyak untuk membasahi wilayah tersebut. Salah satunya dengan modifikasi cuaca berupa hujan buatan. Hujan buatan merupakan hujan yang dibuat menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Bahan yang dibutuhkan untuk membuat hujan buatan yaitu, higroskopis berupa garam dapur (NaCl) atau CaCl2 yang berguna untuk menggabungkan butir-butir atmosfir di awan. Serta glasiogenik berupa Perak Iodida (AgI) yang digunakan untuk membuat es.
    Namun tidak sembarang awan yang ditaburi garam akan menghasilkan hujan. Hanya awan yang sudah “setengah matang” saja yang dapat menghasilkan hujan setelah ditaburi garam. Untuk mengetahui awan tersebut, kita dapat memantaunya melalui satelit.
    Satelit yang digunakan pastinya adalah satelit yang digunakan untuk memantau cuaca, seperti satelit INASAT, satelit LANDSAT, dan satelit LAPAN-TUBSAT. Satelit INASAT adalah satelit pertama buatan Indonesia yang merupakan satelit penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN. Satelit ini dirancang untuk mengumpulkan data yang berhubungan erat dengan data lingkungan.
    Satelit LANDSAT adalah salah satu satelit yang digunakan untuk memetakan permukaan bumi. Salah satu fungsi satelit LANDSAT adalah memantau kondisi lingkungan.
    Satelit LAPAN-TUBSAT adalah sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) yang berfungsi untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.
    Dengan ketiga satelit tersebut, bencana kekeringan dan kebakaran hutan dapat dikurangi. Caranya dengan: pertama kita pantau melalui satelit daerah mana yang terkena bencana kekeringan. Kemudian melalui satelit juga, kita pantau arah angin, letak awan, kelembapan, dan tekanan udara. Setelah mendapat hasil yang akurat, dengan menggunakan komputasi komputer, kita dapat bertindak dengan membuat hujan buatan. Dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah dijelaskan diatas akan diangkut menggunakan pesawat bermuatan besar agar muat untuk berton-ton garam yang akan ditaburkan diatas awan nanti. Jadi, pesawat terbang menuju awan kumulus yang berkembang dengan ciri penampilan berbentuk bunga kol dengan dasar tidak lebih tinggi dari 5.000 kaki dan puncaknya tidak lebih tinggi dari 11.000 kaki. Ketika pesawat sudah berada didalam awan, bahan dilepaskan keluar perlahan-lahan agar merata ke seluruh awan.
    Namun, jika satelit memantau bahwa tidak ada awan yang siap ditaburi garam, maka satelit hanya akan memantau dimana letak titik api, lalu mengirimnya ke bumi. Dibumi akan ditindak lanjuti dengan cara membuat semacam parit yang terletak beberapa meter dari titik api agar api tidak merambat lagi. 
    Dengan adanya satelit sebagai pendukung Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), bencana kekeringan yang terjadi karena perubahan iklim, maupun bencana kebakaran hutan dapat diminimalisir. Namun, walaupun begitu kita tetap harus menanam hutan kembali atau reboisasi untuk mengurangi terjadinya bencana kekeringan di masa yang akan datang.                 
    Perhatian
    Hormatilah karya orang lain, sehingga karyamu juga akan dihormati
  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment

    Terima kasih atas kunjungannya terhadap halaman blog kami, jika ada sesuatu hal yang ingin disampaikan, silakan berkomentarlah disini. Berkomentarlah dengan baik